Sukses

Nasib Tukang Nitrogen Saat PSBB, dari Gaji Dipotong Rp 1,5 Juta sampai Tidur di SPBU

Sejak pandemi corona dan ditambah lagi Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB) tukang isi nitrogen hidup dalam keprihatinan.

Diterbitkan 23 April 2020, 21:15 WIB

Otosia.com Gaji dipangkas, tapi beruntung dibolehkan tidur di SPBU. Semua dijalani demi bertahan hidup dengan uang pas-pasan akibat pemangkasan yang terjadi di mana-mana.

Ini adalah cerita Agung, salah satu karyawan pengisian angin nitrogen di SPBU Danau Sunter, Jakarta Utara.

Di saat banyak pengisian nitrogen yang tutup sejak virus corona (COVID-19) merebak dan ditambah lagi Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB), pria asal Pamekasan Madura berusia 31 tahun ini tetap bekerja. Ia mulai membuka kios pengisian nitrogen dari pukul 6 pagi sampai jam 9 malam.

"(Dulu) ramainya pagi jam orang kerja. Kalau siang sepi. Nanti sore ramai lagi pas jam orang pulang kerja," akunya.

 (kpl/nzr)
2 dari 4 halaman

Next

Agung bersyukur, di tengah gelombang PHK, pemilik kios masih berusaha mempertahankannya walau gajinya dipotong setengah. Bagi bapak satu anak ini mulanya diminta berembuk, sebab pemilik bingung bagaimana membagi gaji di tengah surutnya customerss

"Saya diminta rembukan. (Ada dua orang bekerja untuk kios ini), akhirnya ya sama-sama dipertahankan, tapi masuk ganti-gantian. Gaji dipotong setengah," katanya.

Sebelum ada corona, Agung digaji Rp 3 juta per bulan. Namun sejak merebaknya corona gajinya dipotong hingga ia mendapatkan Rp 1,5 juta per bulan oleh pemilik stasiun pengisian nitrogen.

"Rp 3 juta dibagi dua. Masuknya jadi di selang sehari. Kalau hari ini saya, besok gantian teman saya yang jaga," kata dia.

Untung masih ada pemilik kendaraan yang berbaik hati memberikan tips. Kadang customer suka kasih tips terutama mobil. Dari tips saja, ia sehari dapat Rp 60.000.

Dari awal, Agung tidak mengontrak rumah. Namun berkat kebaikan pemilik SPBU, dia diperkenankan untuk tinggal dan tidur di area SPBU.

"Dulu sih pernah ngontrak, tapi enggak cukup gaji Rp 3 juta. Ya akhirnya tinggal di SPBU, makan, mandi dan tidur di dalam SPBU," akunya.

3 dari 4 halaman

Next

Pendapatan kios nitrogen menurun di bawah 50 persen, seperti juga di tempatnya. Menurut Agung sejak PSBB, pendapatannya dari biasanya bisa mendapat Rp 500 ribu, kini hanya Rp 200 ribu.

"Kalau awal-awal, pas mulai rame-ramenya corona masih bisa dapat Rp 500 ribu. Tapi sudah dua minggu sejak PSBB turun jauh, sampai Rp 200 ribu. Tapi untung sih ada pemasukan tambahan dari tambal ban."

Menurut Agung saat PSBB situasi terbalik. Jika sebelumnya 70 persen yang mengisi nitrogen adalah mobil dan 50 persen sepeda motor, saat PSBB persentasenya terbalik.

"Kalau sekarang motor jadi 70 persen, mobil 30 persen. Kayaknya juga di saat PSBB jalanan yang banyak keluar ya sepeda motor," ungkapnya

4 dari 4 halaman

Next

Sebagai gambaran, untuk pengisian nitrogen, isi baru mobil Rp 10.000/ban, isi tambah mobil Rp 4.000/ban, tambah ban mobil Rp 20.000/lubang, dan bongkar pasan ban Rp 10.000

Isi baru motor Rp 5.000/ban, isi tambah motor Rp 3.000/ban, dan tambal ban sepeda motor Rp 15.000/lubang.

Dari mengumpulkan uang makan dan tips, Agung masih bisa menyisihkan Rp 25.000. Harus ada yang ditabung buat keluarga di kampung.

"Tadinya sih rencana pulang kampung, taoi di berita kan ga boleh. Kasihan juga yang di kampung kalau saya tetap pulang," kata Agung.

Tidak takut tertular corona tetap kerja? "Ya bagaimana lagi, kalau enggak kerja gak ada pemasukan, enggak makan. Tapi saya tetap jaga-jaga. Saat kerja, saya berjemur di tempat panas, pagi atau siang saat matahari terik," katanya.

EnamPlus