Otosia.com, Jakarta Amerika Serikat selalu memiliki fakta unik di berbagai hal. Salah satunya adalah Death Valley. Jalan super panjang sejauh 200 km tanpa ada belokan satu pun.
Fakta tersebut mengingatkan kita pada Tol Cikopo-Palimanan alias Cipali yang juga memiliki figure serupa. Jalan lurus nan panjang, pemandangan monoton, serta pandangan terbuka membuat pengendara lekas jenuh.
Sekarang, mari menjelajah ke Death Valley, California sambil membandingkannya dengan Cipali di Indoneisia. Adakah yang lebih baik? Atau keduanya sama-sama berbahaya? Ada baiknya istirahat secara berkala jika lewat jalan lurus seperti ini demi keselamatan dan kenyamanan bersama.
Advertisement
*Follow Official WhatsApp Channel OTOSIA.COM untuk update seputar berita-berita terkini dengan klik tautan berikut: [KLIK DI SINI]
Jalan Lurus yang Sangat Panjang
Terletak di Inyo Country, California, Amerika Serikat, Death Valley memiliki panjang sekitar 140 mil atau sekitar 225 km tanpa satu pun belokan. Jalanannya pun cukup lebar, yaitu mencapai delapan hingga 24 km.
Posisinya berada di lembah yang diapit pegunungan Panamint dan Gunung Grapevine di pegunungan Amargosa. Tak hanya itu, Death Valley juga melewati pemakaman sehingga ada nuansa angker kala lewat jalan tersebut. Hati-hati deh kalau lewat jalan ini malam-malam.
Sementara, Tol Cipali memiliki ruas sepanjang 116 km yang jika digabungkan dengan Tol Trans Jawa secara keseluruhan menjadi 1.167km. Meski begitu, Cipali masih memiliki beberapa belokan yang membuat perjalanan tidak terlalu hambar.
Advertisement
Iklim Tandus
Death Valley berada di lembah dan memiliki satu titik sebagai salah satu titik permukaan terendah Amerika Serikat. Dekat dengan perbatasan Great Basin dan Gurun Mojave.
Kedalaman lembah tempat jalan Death Valley merupakan salah satu yang terdalam dengan hamparan garam yang luas. Tak heran jika tempat ini memiliki pemandangan lapangan kering dan tandus.
Uniknya, salah satu titik terendah di sekitar Death Valley berada di 86m di bawah permukaan laut. Akan tetapi, area tersebut juga memiliki titik tertinggi di 3.368m di atas permukaan laut.
Pemandangan Tol Cipali menjadi lebih segar dibandingkan gambaran Death Valley yang terasa kering. Hamparan sawah, hutan, perkebunan, gunung-gunung hingga pedesaan menemani sepanjang perjalanan. Tak jarang kita menemukan aktivitas membajak sawah dan menanam padi saat melintas.
Rawan Kecelakaan
Jalanan lurus sepanjang ratusan kilometer tentu lebih cepat membuat pengemudi jenuh dan bosan. Rasa kantuk pun akan lebih cepat datang karena ritme monoton yang diterima.
Tak heran jika sering terjadi kecelakaan di tipe jalan seperti Cipali dan Death Valley. Oleh karena itu, perlu diperhatikan stamina dan konsentrasi selama melalui model jalan seperti ini.
Bahkan, Tol Cipali pernah mendapat “penghargaan” sebagai ruas jalan paling mematikan di Indonesia. Hal tersebut bukan tanpa sebab. Permukaan jalan dan sambungan tidak rata, jalanan lurus, penegakkan aturan kecepatan maksimum tidak optimal, serta minimnya pencahayaan di malam hari membuat Cipali cukup menyeramkan.
Berbeda dengan Death Valley. Salah satu tantangan kala melintasi jalan di California adalah cuaca panas yang sangat ekstrim. Pengemudi atau wisatawan rentan terkena heat stroke atau serangan panas yang mematikan.
Advertisement
Memakan Korban Jiwa
Sejak 2010 hingga 2020 Death Valley “hanya” menelan 41 korban jiwa yang 14 diantaranya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan. Angka tersebut terbilang sangat kecil dibandingkan Tol Cipali.
Mengutip dari Buku Tahunan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) 2022, ruas Tol Cipali sudah menelan 46 korban meninggal dunia dari 308 kasus kecelakaan sepanjang tahun 2022. Sungguh angka yang sangat berbeda jauh antara Death Valley dan Tol Cipali.
Tips Berkendara di Tol Cipali
Bagi yang hendak melintas, penting untuk memperhatikan stamina saat berkendara. Istirahat yang cukup sebelum berangkat menjadi hal mutlak yang harus dilakukan.
Selain itu, selama perjalanan pun harus melakukan istirahat pada interval tertentu. Misal, masuk rest area setiap sudah melewati dua hingga tiga jam berjalanan. Waktu istirahat bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk menjaga ritme tubuh dan stamina pengemudi supaya tidak cepat kelelahan.
Terakhir, hindari waktu rentan ngantuk atau lelah. Melakukan perjalanan malam hari memang terasa nikmat karena tidak terkena Terik matahari. Namun, situasi malam hari pun memiliki berbagai bahaya. Mulai dari penerangan dan jarak pandang minim, hingga rasa ngantuk yang terus melanda.
Jadi, strategi dalam melakukan perjalanan jauh khususnya lewat Tol Cipali hingga Trans Jawa sangatlah penting. Ingat, keselamatan penumpang di dalam mobil juga menjadi tanggung jawab pengemudi!
*Follow Official WhatsApp Channel OTOSIA.COM untuk update seputar berita-berita terkini dengan klik tautan berikut: [KLIK DI SINI]
Advertisement