Liputan6.com, Jakarta Pada 8 April 2025, jaringan jalan tol di Jepang dilanda kekacauan ketika sistem Electronic Toll Collection (ETC) mengalami gangguan besar yang melumpuhkan operasional di 106 gerbang tol selama 38 jam. Insiden ini mencakup wilayah yang luas dari Tokyo hingga prefektur Kanagawa, Yamanashi, Nagano, Shizuoka, Aichi, Gifu, dan Mie. Hal ini memaksa operator jalan tol, Central Nippon Expressway Co. (NEXCO Central) untuk membuka gerbang tol agar lalu lintas tetap mengalir.
Kelumpuhan gerbang tol ini tak hanya menyebabkan kemacetan, tapi juga memicu respons tak terduga dari para pengemudi. Kejadian di Jepang ini menyoroti aspek integritas publik yang patut jadi contoh terkait sikap bertanggung jawab dan menjaga kehormatan dengan tidak memanfaatkan kondisi yang menguntungkan diri sendiri di tengah kesulitan pihak lain.
Advertisement
24.000 Pengemudi Tetap Bayar, Meski Tak Ketahuan Jika Langsung Melenggang Keluar Tol
Gangguan sistem ETC dimulai pada sekitar pukul 00.30 JST pada tanggal 8 April 2025. Sistem yang memungkinkan pembayaran tol nirkabel ini tiba-tiba tidak berfungsi di lebih dari 100 gerbang tol di seluruh jaringan NEXCO Central. Untuk menghindari kemacetan lalu lintas yang parah, NEXCO Central dengan cepat mengambil keputusan untuk membuka gerbang tol yang terdampak, memungkinkan kendaraan melintas tanpa hambatan.
Awalnya, NEXCO Central meminta pengemudi untuk membayar tol secara sukarela di kemudian hari melalui portal online.
"Ada situasi yang tercantum dalam ketentuan layanan [ETC] di mana pengemudi tidak harus membayar biaya tol, tetapi tidak ada klausul bahwa pengemudi tidak harus membayar jika terjadi apa yang dapat disebut malfungsi sistem, seperti kasus ini." ujar Tadashi Nawada, Presiden NEXCO Central, pada 9 April 2025 seperti dilansir dari Japan Today.
Yang mengejutkan, sekitar 24.000 pengemudi telah mengajukan pembayaran pada malam hari tanggal 8 April, dan jumlah ini meningkat menjadi sekitar 36.000 pada tanggal 15 April. Fenomena ini mencerminkan budaya kepercayaan dan tanggung jawab sipil yang tinggi di Jepang, di mana pengemudi merasa berkewajiban untuk memenuhi kewajiban mereka meskipun tidak ada penegakan langsung.
Dalam perkembangan selanjutnya, NEXCO Central kemudian mengumumkan keputusan untuk membebaskan biaya tol untuk semua kendaraan yang melintas selama periode gangguan sistem. Bagi pengemudi yang telah membayar secara sukarela, perusahaan menyatakan akan memproses pengembalian dana.
Insiden ini tidak hanya menyoroti kerentanan sistem teknologi, tetapi juga menjadi cerminan kuat dari nilai-nilai integritas dan tanggung jawab sipil yang mendalam pada masyarakat Jepang.
Advertisement
Budaya Tanggung Jawab dan Menjaga Kehormatan di Masyarakat Jepang
Tindakan puluhan ribu pengemudi untuk membayar tol yang terutang secara sukarela ini adalah cerminan dari nilai-nilai budaya yang mendalam di Jepang. Perilaku ini sangat berkaitan dengan konsep Sekinin (責任), yang berarti rasa tanggung jawab dan kewajiban moral terhadap masyarakat atau sistem.
Dalam konteks yang lebih luas, hal ini juga mencerminkan tingkat kepercayaan sosial yang tinggi dan keinginan untuk menjaga Meiyo (名誉 - kehormatan). Bagi banyak orang Jepang, mengambil keuntungan dari kegagalan sistem dipandang sebagai pelanggaran terhadap norma sosial dasar, dan memenuhi kewajiban, sekalipun tidak ada penegakan langsung, adalah bagian dari tugas sosial yang harus dipenuhi.