Otosia.com, Jakarta Mobil mafia adalah mobil yang khas. Beberapa film menggambarkan bagaimana bentuk-bentuk dan pilihan tipe maupun merek yang spesifik yang digunakan oleh para penguasa daerah ini. Tidak hanya di Rusia, tetapi juga Jepang.
Yakuza masih menjadi nama yang menggema ketika bicara budaya Jepang. Namun, mereka disebut mulai runtuh seiring catatan terbaru dari seorang jurnalis Amerika yang pernah menulis soal sepak terjang kelompok ini selama 10 tahun.
Cerita itu ia tuangkan ke dalam buku berjudul "Tokyo Vice". Sang jurnalis sendiri bernama Jake Adelstein yang meski berhasil membuat buku tersebut, tetap saja was-was bahwa karena karya tersebut dia akan dibunuh.
Advertisement
"Menurut beberapa orang, UU baru (di Jepang) merusak cara hidup Yakuza. Terdapat 22 kelompok Yakuza di Jepang. Tapi kini jumlahnya semakin menurun," ujar sang jurnalis.
Undang-undang Yakuza
Dalam 10 tahun terakhir, menurut dia, undang-undang anti Yakuza di Jepang makin membuat ruang gerak Yakuza kian sempit dan mempersulit hidup mereka di era modern.
"Yakuza sudah tidak bisa memeras. UU tersebut melarang mereka membeli handphone, menyewa hotel atau apartemen dan sebagainya," kata Jake.
Jika Yakuza kedapatan menyuruh orang lain untuk melakukan hal-hal yang dilarang tadi, mereka (orang yang disuruh) bisa ikut masuk penjara.
Kekerasan adalah cara mereka memberi hukuman. Semua yang mereka lakukan berputar di pertikaian. Obrolan apa saja bisa memicu pertengkaran. Tangan, pedang katana, pedang kayu, tongkat bisbol, bahkan sepeda bisa jadi senjata mereka," kata Jake.
Advertisement
Jumlah Yakuza Menyusut
Menurut dia, dulu keberadaan Yakuza memang dibutuhkan. Di era lampau Yakuza berperan menekan kejahatan yang dibenci masyarakat, seperti maling, perampokan, kejahatan jalanan, dan pencurian di rumah.
Namun, kini jumlah polisi makin banyak dan kian aktif. Tidak heran jika angka kriminalitas di Jepang juga sangat rendah.
"Yakuza sudah tidak dibutuhkan, sekarang mereka (melakukan) kejahatan yang tidak perlu. Dan banyak dari mereka terkucilkan. Diasingkan dan dianggap sampah masyarakat," tutup Jake.
Sebagai sebuah kelompok yang legendaris, banyak hal melekat pula pada mereka. Misalnya adalah mobil-mobil yang sangah khas Yakuza.
Karakter Mobil Yakuza
Ada hukum tidak tertulis tentang memberi ruang terhadap limusin hitam atau putih besar -- biasanya Mercedes-Benz S-Class atau Lexus LS -- ketika Anda melihat mereka menerobos lalu lintas.
Jika Anda melihat salah satu mobil ini menghalangi jalan masuk atau diparkir di sudut jalan, sebaiknya Anda lewat saja.
Bagi warga Jepang, hal tersebut sudah biasa. Namun memang bagi warga asing, hal-hal semacam ini menyisakan rasa penasaran.
Seorang wartawan Carsguide, misalnya, suatu kali dia memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada seorang Yakuza.
"Mengapa Anda mengendarai Mercedes S-Class?" Aku bertanya. Mereka kemudian berbicara tentang kualitas bangun Mercedes yang kuat, serta kekuatan mobil dan memberikan prestise.
“S-Class memiliki banyak tenaga, terlihat bagus di jalan dan mewah di dalam. Tidak ada yang bisa menyamai, kecuali mungkin Lexus LS,” katanya.
Advertisement
Toyota Alphard dan Lexus
Mobil mewah baik dari brand Eropa maupun Jepang sering digunakan dalam aktivitas para Yakuza. Bukan cuma Mercedes-Benz saja yang menonjol. merek dalam negeri seperti Toyota Aphard maupun sedan Lexus kerap mereka gunakan. Bukan cuma para pimpinan, kaki tangan Yakuza kerap menggunakan mobil mewah buatan dalam negeri.
Selain menggunakan Mercedes-Benz, bos Yakuza paling ditakuti di Jepang seperti Yamaguchi Gumi maupun Inagawa Kai tidak jarang menaiki mobil-mobil premium Jepang. Tentu saja mereka dikawal anak buahnya, yang juga menggunakan mobil dalam negeri yang tidak murah.
Satu lagi yang menjadi ciri khas mereka adalah menjaga privasi saat berkendara. Jendela mobil-mobil mereka juga gelap. Sang wartawan Carsguide kembali pun menanyakan hal ini.
"Karena kami menyukai privasi kami. Itu juga bermanfaat ketika orang-orang tertentu (saingan kami) tidak dapat melihat ke dalam mobil kami," jawab salah seorang anggota Yakuza.